Budaya kota pasuruan:
Seni Hadrah Al Banjari
Seni Hadrah Al Banjari merupakan suatu seni yang bernafaskan Islam.
Disebut Al Banjari kaena alat terbang serta aturan memukul terbangnya
berasal dari Banjarmasin. Meskipun berasal dari luar daerah, kesenian
ini sudah memasyarakat di Kota Pasuruan.
Keistimewaan Hadrah Al Banjari terletak pada suaranya yang
bertalu-talu ditambah suara bas, jika dicermati mirip musik samba dari
Brasil. Hadrah Al Banjari ini sering dimainkan untuk memeriahkan acara
sunatan, pernikahan dan pada peringatan hari-hari besar umat Islam
seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sumber: http://zulfaayub.wordpress.com/2013/09/19/budaya-kota-pasuruan/
Makanan khas kota pasuruan:
Rawon nguling
Warung “Lumajan” begitulah nama rumah makan yang dirintis oleh Mbah
Karyoredjo yang merupakan cikal bakal berdirinya RM Rawon Nguling. Rumah
makan ini terletak persis di sebelah timur jembatan perbatasan
Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo, dan berdiri sekitar tahun 1940 an
yang lalu.
Saat itu warung Lumajan hanya menjual ketan bubuk dan nasi rawon yang
hanya melayani petani dan kusir delman sekitar desa Tambakrejo. Namun
setelah melewati perjalanan panjang, warung yang awalnya sederhana itu
menjadi sebuah rumah makan yang sering?melayani para pesohor negeri ini.
Nama “Rawon Nguling” pun sengaja dipakai sebagai identitas dan telah
mendapatkan hak paten sejak tahun 2000. Nama ini menguatkan identitas
rumah makan dan punya keunikan serta ciri khasnya yakni Rumah Makan
tersebut berasal dari Daerah Nguling.
Berawal dari Kendil
Saat pertama kali berdiri, proses untuk memasak rawon dilakukan dalam
wadah yang terbuat dari kendil (wadah besar dari tanah liat ).
Menginjak tahun 1962 warung yang tadinya terbuat dari bambu perlahan
mulai dirombak begitu juga dengan cara pengolahan memasak rawon.
Di awal tahun 90 an lalu RM Rawon Nguling mulai menuai hasil dari
perjuangan panjangnya. Sampai dengan saat ini Rawon Nguling sudah
berkembang di beberapa kota besar Indonesia dan semuanya masih tetap
mempertahankan cara pengelolaan secara tradisional dan tetap berciri
khas tradisional. Bahkan sang perintis pun memberikan kiat khusus untuk
menjaga rasa di mata para pelanggan diantaranya agar mendapatkan bumbu,
daging empal dan bahan baku lainnya dari tempat asalnya sehingga semua
cabang Rawon Nguling menggunakan satu resep dan racikan dengan standar
yang sama.
Sumber: http://ibayshare.blogspot.com/2013/04/makanan-khas-pasuruan.html
Ciri khas kota pasuruan
Sebagai sebuah kota yang dikenal dengan sebutan Kota Santri, seni budaya
di Kota Pasuruan banyak diwanai oleh cirri khas budaya Islami. Daerah
yang terbentang di hamparan pesisir ini memiliki keanekaragaman kesenian
daerah yang atraktif dan komunikatif dengan tata cara kehidupan
masyarakat, terutama masyarakat pedesaan dan nelayan. Selain kegiatan
seni modern, beberapa seni tradisional tetap dipertahankan hingga saat
ini.
Sumber: http://mirnawatiasriyatul.wordpress.com/2014/08/14/ciri-khas/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar